Djohar dan La Nyala di Mata Pencinta Sepakbola Indonesia



Kisruh sepakbola nasional yang tiada henti, kini makin menonjolkan 2 karakter tokoh yang berbeda. Djohar Arifin Husin sebagai ketua umum PSSI, organisasi sepakbola resmi dibawah AFC dan FIFA dan La Nyala Mataliti sebagai ketua KPSI yang mungkin dibawah FIFA dan dalam lindungan mantan partai yang pernah lama berkuasa di Indonesia.

Djohar Arifin Husin mungkin satu-satunya ketua umum PSSI yang terlalu sabar dalam menghadapi fitnah, hujatan media pro KPSI dan hadangan kasar dari kubu yang memusuhinya dan ingin merebut kembali PSSI menjadi bagian dari kartel bisnisnya.

Saat ditanya oleh penulis apakah tidak terpancing emosinya untuk menyampaikan serangan balik dari hujatan-hujatan yang disampaikan kepadanya,  Djohar Arifin mengatakan “ Biarlah Allah yang yang akan menunjukkan jalan terbaik dan hidayah bagi mereka yang menghujat saya”.

Sampai dengan saat ini dimata penulis, kekurangan terbesar dari sosok Djohar Arifin adalah ketegasan untuk mengganti pengurus PSSI yang bertipe penghianat, provokator dan hanya mengejar kekayaan pribadi daan golongannya. Struktur organisasi yang “gendut” juga dianggap sebagai upaya dari sekedar bagi-bagi kekuasaan saja atau tidak berani menolak pengurus titipan dari pihak-pihak yang merasa telah memberikan suara dukungan kepadanya di Konggres Solo lalu.

PSSI juga dianggap tidak tegas dalam menyikapi sikap perlawanan dari PT. Liga Indonesia yang menolak dilakukan audit secara independent terbuka oleh auditor yang berkualitas, dan sebagai pemegang saaham terbesar yaitu 99%, PT. Liga Indonesia tidak dapat melakukan aksi perseroan yang melanggar AD ART PT tanpa persetujuan pemegang saham mayoritas.

Satu lagi blunder yang dilakukan Djohar Arifin adalah dalam hal pemilihan pengurus eksekutif di PSSI yang terkesan tidak memakai prinsip “the right man on the right place”, banyak beberapa komentar yang bermunculan di media, tanpa terlebih dahulu diolah dengan baik oleh Divisi Humas atau Divisi Media Centernya. Pemilihan pengurus dari politikus didalam struktur kepengurusan juga merupakan kelemahannya, lihat saja ada sosok Saleh Ismail Mukadar dari PDIP, manajer timnas yang dua kali dari politikus, Ramadhan Pohan dari Demokrat dan Habil Maratti dari PPP. 

La Nyala Mataliti yang juga seorang politikus Partai Pemuda Pancasila, muncul sebagai ketua KPSI adalah sosok yang baru muncul setelah diajak oleh K.78 yang didalamnya terdapat Saleh Ismail Mukadar pada saat revolusi PSSI era Nurdin Halid yang dianggap melanggar statuta FIFA. Sebagai ketua KPSI yang ingin menjadi ketua PSSI sebenarnya masih banyak kekurangan yang dimilikinya yaitu, pelanggaran statuta PSSI tentang kewajiban masa aktif di kepengurusan sepakbola selama minimal  5 tahun.

Beberapa kalimat blunder lainnya dari La Nyala Mataliti adalah kontroversi mengenai sepakbola bahkan jauh dari gelar Haji yang dimilikinya, berikut saya sampaikan rekaman diskusi di metrotvnews tanggal 29 Juli 2012.

Menurut La Nyala “MoU adalah katup penyelamat, dan JC adalah perangkat yang kita sepakati untuk mengelola proses transisi hingga kongres. Jika JC tidak berjalan dan sanksi itu akhirnya dikeluarkan oleh FIFA, saya tak akan bisa menolong, barangkali Tuhan pun tak akan bisa menolong,” .

Sepertinya kalau kita tarik arti pernyataan itu LNM telah mensejajarkan posisinya dengan Allah. “Saya Tak Akan bisa menolong, Tuhanpun tak akan bisa menolong” begitu hebatnya seorang La Nyala Matalitti yang sudah bergelar Haji didepan namanya.  Semoga LNM cepat menyadari/kekeliruan  apa yang telah diucapkannya dan meminta ampun kepada Allah, Yang Maha Kuasa.

Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) bukan untuk membenahi sepak bola Tanah Air, melainkan hanya untuk menduduki PSSI di bawah pimpinan Djohar Arifin Husin. La Nyala Matataliti yang tetap menggelar Kongres Luar Biasa (KLB), Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Minggu 18 Maret 2012, tidak diakui oleh AFC dan FIFA, karena di AFC dan FIFA konggres yang diakui hanya konggres terakhir di Solo. Manuver KSPI terlihat secara kasat mata hanya berlandaskan dendam dan  mencerminkan sikap yang sangat haus jabatan.

KLB KPSI tersebut telah menetapkan La Nyalla Mahmud Mattalitti dan Rahim Soekasah sebagai Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum PSSI yang sampai dengan saat ini tidak diakui dan disahkan oleh AFC dan FIFA.

Dalam menghadapi kisruh sepakbola nasional saat ini ini PSSI  selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang menghadang. Tudingan minor dari kubu KPSI selalu dihujamkan setiap saat , sehingga PSSI  harus bisa mensikapi dan memanfaatkan setiap momen perbaikan internal dengan baik, agar kita tidak tersingkir dari persaingan tersebut.

Saat ini sosok Djohar Arifin  mungkin terkesan sulit untuk membedakan mana kawan dan mana lawan. Dan harus hati-hati, orang di sekitarnya ada yang tersenyum manis, memuji, dan kadangkala sok menjadi pahlawan yang selalu menawarkan jasanya pada kita. Tetapi di belakang, mereka justru bersikap sebagai musuh yang siap menghancurkan reputasi PSSI. Bahkan masa depan sepakbola nasional sekalipun.

Reformasi PSSI, sebagai Ketua Umum Djohar bisa mengganti secara tegas tanpa persetujuan untuk garis organisasi kepengurusan selain jabatan Waketum, Exco dan Sekjen. Hanya satu sosok yang masih pantas bercokol di PSSI yaitu Catur Agus Saptono yang memiliki integritas dan ketegasan sesuai aturan yang ada. Yang lainnya inilah ujian ketegasan seorang Djohar, apakah akan berani mengganti pengurus yang tidak produktif, ber kinerja buruk dan bertipe provokator, diganti dengan orang-orang yang memiliki integritas baik dan memegang teguh aturan yang ada untuk perbaikan sepakbola nasional.


''Allaahummahdiy qaumiy fainnahum la ya'lamun'' (Ya Allah, berilah petunjuk kepada mereka, sesungguhnya mereka tidak tahu).

@mediasepakbola.com
Ryan Adhianto
Pencinta Sepakbola Indonesia

Perusahaan-perusahaan Asia di Liga Eropa


ANTARA/Zenita Gibbons




Ekonomi Asia sedang menggeliat. Banyak negara dan perusahaan di Asia menunjukkan pertumbuhan yang positif, termasuk Indonesia.

Dengan kegiatan bisnis yang terus berkembang, beberapa perusahaan Asia pun kini melebarkan sayapnya ke Eropa, termasuk sepak bola. Ada pengusaha Asia (baca Timur Tengah) yang membeli dan memiliki beberapa klub lalu menyulapnya menjadi tim elit sampai menjadi sponsor.

Mau tahu perusahaan Asia apa saja yang menjadi sponsor klub-klub di Eropa? Daftar ini tidak termasuk sponsor untuk kompetisi:

1. Samsung Electronics Co., Korea Selatan

Klub: Chelsea, Inggris
Durasi: 10 tahun (diperbarui 2012)

Samsung akhirnya memperpanjang kontrak untuk menjadi sponsor Chelsea, kub asal Inggris yang menjadi juara Liga Champions 2012, untuk tiga tahun ke depan. Dengan nilai kontrak $ 22,5 juta per tahun, nama Samsung terpampang di dada kaus tim biru-biru itu.

2. Malaysia Airlines-AirAsia, Malaysia

Klub: Queens Park Rangers, Inggris
Durasi: 2 tahun (2012)

Nama dua maskapai asal Malaysia ini akan muncul di kaus tim QPR. Malaysia Airlines saat pertandingan kandang, AirAsia saat tandang. Nilai kontrak keduanya untuk dua tahun diperkirakan $ 793.000.

3. Li Ning Company Limited, Cina

Klub: Espanyol, Spanyol
Durasi: 4 tahun (2010)

Nama perusahaan yang bergerak di pakaian olahraga ini muncul pada kaus tim Espanyol. Nilai kontrak tidak disebutkan, dengan alasan kesepakatan bersama.

4. Huawei, Cina

Klub: Atlético Madrid, Spanyol
Durasi: Sekali pertandingan (2012)

Perusahaan telekomunikasi ini menjadi sponsor hanya untuk satu pertandingan, yaitu saat derbi Atlético Madrid-Real Madrid. Tanpa menyebut nilai kontrak, nama dan logo Huwawei terpampang besar di dada kaus Atlético Madrid.

5. Yingli Green Energy Holding Company Limited, Cina


Klub: Bayern Muenchen, Jerman
Durasi: 3 tahun (2011)

Tahun ini, Yingli mendatangkan Bayern Muenchen ke Cina untuk bertanding melawan klub lokal. Hal itu merupakan bagian dari kontrak sponsor Yingli dengan klub 22 kali juara liga Jerman itu. Yingli juga dapat hak pemasaran di tiket, iklan Bayern sampai kegiatan kehumasannya.

6. Dua Kelinci, Indonesia


Klub: Real Madrid, Spanyol
Durasi: 2 tahun (2011)

Dalam kerja sama hingga akhir tahun ini, PT Dua Kelinci berhak menggunakan dan memanfaatkan merek Los Blancos untuk kepentikan produk Dua Kelinci. Termasuk penggunaan logo. Perusahaan ini juga mengontrak Luis Figo secara khusus sebagai bintang.

7. Chang Beer Thai Beverage Plc., Thailand


Klub: Everton, Inggris; Barcelona dan Real Madrid, Spanyol
Durasi: 3 tahun (2010)

Kontrak yang bakal berakhir tahun depan ini merupakan perpanjangan dari kontrak sebelumnya. Merek bir asal Thailand tersebut terpampang mencolok di kaus resmi tim Everton. Nilai kontraknya $ 18,7 juta. Perusahaan ini juga mensponsori Barcelona dan Real Madrid selama tiga tahun. Selain dapat promosi di Spanyol, Chang Beer juga jadi promotor tunggal kedua klub tersebut di Thailand.

8. Hutchinson Telecommunications International Ltd, Hong Kong


Klub: Manchester United, Inggris
Durasi: 3,5 tahun (2009)

Kerja sama sponsor tersebut dilakukan oleh manajemen Hutchinson untuk mendorong merek TRI, operator telepon selular di Indonesia. Sponsor tersebut untuk lawatan pertandingan United ke Asia. Selain itu, sejumlah pemain Setan Merah seperti Rio Ferdinand ikut mempromosikan Tri di Indonesia.

9. Telekom Malaysia Bhd, Malaysia


Klub: Manchester United, Inggris
Durasi: 5 tahun (2010)

Dengan kerja sama ini, Telekom Malaysia mendapatkan lisensi untuk menjual produk menggunakan merek Manchester United, sekaligus menggunakan citra klub MU. Bagi TM, kerja sama ini untuk menarik penggemar United yang sangat besar di Malaysia.

10. Singha Beer, Thailand


Klub: Manchester United, Inggris
Durasi: 3 Tahun (2010)

Kedua institusi ini tidak ada yang bersedia menyebut nilai kesepakatannya. Namun yang pasti, bir merek Singha bisa didapatkan di stadion Old Trafford, kandang Manchester United. Selain itu, merek Snigha juga muncul di gerai-gerai media United.


Oleh | Yahoo! Olahraga

Main Bola di Luar Negeri: Antara Mimpi dan Kangen Rumah


: Aditya

Bermain di kompetisi sepak bola yang levelnya lebih tinggi menjadi mimpi banyak pemain. Kualitas kompetisi, prestasi, karier dan pengalaman adalah contoh bagaimana kompetisi di luar negeri-terutama yang sepak bolanya sudah profesional dan menjadi industri-terlihat lebih menjanjikan.

Bima Sakti adalah salah satu dari sedikit pemain Indonesia yang punya sejarah bermain di luar negeri, yaitu saat bergabung dengan PSSI Primavera. Ia menimba ilmu dan pengalaman di Italia. Setelah itu, mantan kapten timnas Indonesia yang dikenal dengan tendangan geledeknya ini pada musim 1995-1996 membela klub Helsingborg IF di liga Swedia. Bertahan hanya satu musim, Bima kembali ke Indonesia dan bermain bersama Persema Malang.

Dalam perbincangan, Bima mengatakan bahwa bermain di klub asing dapat meningkatkan rasa percaya dirinya. Terlebih visi bermain sepak bolanya lebih jelas dan mendapatkan pengalaman dari sebuah kompetisi yang tertata rapi.

Soal gaji, dia mengaku tidak mau memikirkan ketika itu. Sebab tujuannya adalah menimba ilmu dan bermain total di kompetisi luar negeri. “Lumayanlah. Mungkin hampir sama seperti yang diterima adik-adik saya yang sekarang bermain di Uruguay atau Belgia,” ujarnya, tanpa mau merinci.

Fasilitas yang ia terima pun tidak jauh berbeda dengan yang diberikan klub-klub lokal. “Yang saya terima pada saat itu seperti apartemen dan uang saku. Namun yang berbeda adalah saya bermain di lapangan yang bagus. Lebih profesional,” ungkapnya.

Kelebihan lain yang ia rasakan adalah pola latihan yang benar-benar disiplin. Ditambah sarana seperti ruang ganti yang tertata rapi dan menggunakan lapangan yang sangat baik untuk digunakan. “Saya benar-benar merasakan kompetisi yang serius, namun ditunjang dengan sarana dan pola latihan yang baik,” papar Bima.

Ia juga mengungkapkan selama bermain di klub asing merasa dihargai oleh rekan-rekannya di klub itu . “Mereka salut dan respect terhadap bakat-bakat pemain dari Indonesia. Mereka takjub melihat skill pemain-pemain yang berasal dari Papua,” imbuhnya.

Namun saat bermain di klub asing ia mempunyai kelemahan saat berkomunikasi serta makanan yang dikonsumsinya. Dan yang paling berpengaruh adalah tekanan mental karena berbeda budaya sehingga harus beradaptasi dengan cepat.

“Sering merasa homesick karena saya di sana adalah kaum minoritas dan tidak mengenal siapa-siapa. Jadi saya ingin cepat-cepat pulang ke Tanah Air,” jelasnya.

Bima melanjutkan, pola hidup pun harus disesuaikan karena musim di sana, dengan cuacanya yang dingin. “Makanan pun tidak semuanya sesuai dengan selera saya. Makanan instant hampir semua produk Thailand, “ terangnya.

Kini, mengetahui makin banyak pemain muda bersempatan main di kompetisi luar negeri, dia sangat mendukung. “Saya sangat setuju kepada pemain muda yang sekarang bermain di CS Vise. Mudah-mudahan ke depannya mereka bisa menjadi tulang punggung tim nasional Indonesia,” harapnya.


Berikut beberapa pemain Indonesia lain yang berlaga di luar negeri:

1. Yericho Christianto

Lahir di Malang pada 14 Januari 1992. Tinggi Badan 1,67cm.

Pemain yang berposisi di sektor kiri pertahanan ini dijuluki sebagai Roberto Carlosnya Indonesia ketika masih bermain bersama tim SAD. Bermain di CS Vise pada pertengahan tahun 2011 yang lalu, Yericho menggunakan nomor punggung 2.

2. Alfin Tuasalamony

Lahir di Maluku pada 13 November 1992. Tinggi badan 1,73 sentimeter dan berposisi sebagai pemain bertahan dengan nomor kostum 18 di CS Vise.

3. Ruben Wuarbanaran

Pemain kelahiran Wijhe, Belanda pada tahun 1990 ini adalah salah satu pemain hasil naturalisasi PSSI pada era kepemimpinan Nurdin Halid. Sempat membela Pelita Jaya di kompetisi LSI, Ruben akhirnya hijrah ke CS Vise bersamaan dengan kepindahan Syamsir Alam. Di CS Vise, Ruben bermain di posisi gelandang.

4. Yandi Sofyan Munawar

Penyerang CS Vise kelahiran Garut 25 Mei 1992 ini telah bermain di CS Vise sebanyak 14 kali dengan 11 di antaranya masuk sebagai pemain pengganti selama musim kompetisi 2011/2012 tanpa mencetak satu gol pun.

5. Syamsir Alam
Putra Minang kelahiran Agam 6 Juli 1992 ini memiliki postur 178 cm dan bermain sebagai penyerang. Selama membela CS Vise sejak awal tahun 2012 ini, Alam telah bermain sebanyak empat kali. Dari empat pertandingan tersebut, Alam belum sekalipun berhasil menciptakan gol. Ia juga pernah bermain di Atletico Penarol, Uruguay. Sebelumnya sempat mengikuti seleksi masuk tim junior klub Liga Belanda, Vitesse Arnhem dan Heerenveen tapi gagal lolos.

6. Ricky Yakobi

Masa keemasan pemain kelahiran Medan 12 Maret 1963 ini adalah saat membela Arseto Solo di era-80 an. Setelah ia tampil gemilang bersama timnas Indonesia di Asian Games 1986, ia mampu menarik hati klub asal Liga Jepang, Matsushita untuk menggunakan tenaganya di kompetisi musim 1988. Sayang Ricky tak mampu beradaptasi dengan cuaca dingin Negeri Sakura, sehingga hanya bermain dalam empat pertandingan saja dengan satu sumbangan gol.

7. Rocky Putiray

Pemain yang selalu tampil eksentrik kelahiran Maluku 26 Juni 1970 ini bisa dibilang pemain Indonesia paling sukses saat berkarier di kompetisi luar negeri. Putiray mengawali karirnya bersama Arseto Solo. Klub luar negeri pertama pemain asal Maluku ini adalah Instant Dict Hongkong pada 2001. Dari 15 pertandingan yang dilakoni di klub itu, dia mencetak 20 gol.

Pada musim 2002-2004 dia bermain untuk Kitchee FC. Putiray tampil menggila bersama klub ini. Yakni, torehan 41 gol dari 20 laga. Pada 2004-2005 Putiray direkrut South China AA dengan 15 gol dari 25 penampilan. Penampilan spektakuler Putiray adalah kala mencetak 2 gol ke gawang AC Milan, 31 Mei 2004, ketika membela tim bintang Liga Hongkong. Dua gol itu sekaligus membawa kemenangan timnya atas AC Milan 2-1.

8. Kurniawan Dwi Julianto

Tergabung dalam tim Primavera Indonesia saat berlatih di Italia, semakin mematangkan pemain jebolan Diklat Salatiga ini. Skill pemain yang akrab disapa kurus ini telah menarik perhatian klub di Liga Swiss, FC Luzern pada 1994-1995. Sayang penampilannya mengecewakan. Dia hanya bermain dalam 10 laga dan cuma mencetak satu gol.

Meski begitu, klub Sampdoria Italia tertarik merekrutnya untuk bermain di seri-B pada musim 1996-1997. Namun, pemain kelahiran 13 Juli 1976 juga gagal menampilkan kemampuan terbaiknya. Pada 2006, Serawak FC Malaysia mengontraknya. Namun lantaran tak kunjung menciptakan gol, kontrak diputus di tengah jalan.

9. Kurnia Sandy

Kurnia adalah satu-satunya penjaga gawang Indonesia yang sempat membubuhkan tandatangannya bersama klub luar negeri. Tepatnya usai berguru di Italia bersama tim Primavera. Penjaga gawang kelahiran Semarang, 24 Agustus 1975 ini menandatangani kontrak bersama Sampdoria di musim kompetisi 1996-1997 sebagai penjaga gawang ketiga. Hanya berkiprah setahun, Sandy kembali ke Indonesia untuk bergabung bersama klub-klub lokal seperti Pelita Jaya, Persikabo, PSM Makassar, Arema Malang, Persik Kediri, Persebaya Surabaya, Mitra Kukar dan sempat bermain di Klub Liga Primer Indonesia, Bandung FC.

10. Bambang Pamungkas


Ikon klub Persija Jakarta ini adalah generasi emas striker Indonesia berikutnya. Bepe sapaannya, adalah pemain yang tergabung dalam proyek lanjutan Primavera yang dinamai Baretti. Seperti halnya Kurniawan Dwi Yulianto, Bepe menjadi pemain paling menonjol kala berguru di Italia hingga klub Divisi 3 Liga Belanda, EHC Norad mengontraknya. Sayang masalah adaptasi cuaca membuat Bepe diputus kontrak hanya beberapa bulan ke depan.

Pada tahun 2005 Bepe menandatangani kontrak dengan Selangor FC. Dia tampil cemerlang saat memperkuat Selangor FC bersama rekannya di timnas, Elie Aiboy. Dia langsung menjadi idola fans klub tersebut dengan mencatatkan diri sebagai pencetak gol terbanyak Liga Malaysia (22 gol). Dari 42 penampilannya, Bepe menciptakan 39 gol.

11. Elie Aiboy

Sama dengan Bepe, Elie Aiboy pernah berseragam Selangor FC Malaysia. Dia tampil cemerlang di klub negeri jiran itu. Di musim pertamanya 2005-2006, Elie mengantar Selangor FC meraih treble winner dengan menjuarai Liga Perdana Malaysia, Piala Malaysia dan Piala FA Malaysia.

12. Jajang Mulyana

Pernah bermain untuk Boavista FC di Brasil pada tahun 2008-2009 dengan status pinjaman. Namun, dia hanya bermain 8 kali dan mencetak 1 gol.

13. Arthur Irawan

November 2011 resmi dikontrak klub Espanyol. Sekaligus mencatat sejarah sebagai pemain bola asal Indonesia pertama yang membela klub Liga Primera Spanyol.

FOKUS: Bukan Saja Indonesia, Tapi Malaysia, Singapura & Thailand Juga Bermasalah


Berbagai permasalahan mewarnai persepakbolaan ASEAN menjelang bergulirnya AFF Suzuki Cup 2012.

 

Perhelatan AFF Suzuki Cup 2012 tinggal menyisakan waktu dua bulan. Sejumlah tim di kawasan Asia Tenggara mulai melakukan persiapan demi mewujudkan ambisi menjadi yang terbaik pada tahun ini.

Di balik hingar bingar pagelaran sepakbola dua tahunan ini, banyak permasalahan yang mewarnai persepakbolaan masing-masing negara, terutama empat besar. Malaysia yang berstatus juara bertahan, dan akan menjadi tuan rumah secara garis besar dianggap mengalami penurunan.

Begitu pula dengan Singapura. Negara yang sempat menjadi kampiun tiga kali ini terus mengalami degradasi prestasi. Dua tahun lalu, Singapura gagal ke semi-final, dan dipecundangi Filipina yang melangkah ke empat besar. Terakhir, Filipina mengalahkan Singapura dalam laga uji coba.

Penurunan drastis dialami Thailand. Negara yang selalu menjadi momok bagi tim-tim manapun di kawasan Asia Tenggara ini meraih hasil terburuk dalam keikutsertaan mereka di Piala AFF. Thailand mencatat sejarah memalukan untuk kali pertama tidak mendapatkan kemenangan pada dua tahun lalu.

Sementara Indonesia menghadapi permasalahan paling pelik dibandingkan kontestan lainnya. Kisruh sepakbola nasional yang terus berlarut-larut dalam dua tahun terakhir membuat Indonesia berada dalam titik nadir terendah. Hal itu bisa dilihat posisi Indonesia di ranking FIFA yang menempati peringkat 168.

Berikut sejumlah ulasan mengenai kondisi persepakbolaan di kawasan Asia Tenggara yang dirangkum redaksi GOAL.com. Klik pada kotak yang tersedia di bawah ini untuk mengetahui masalah sepakbola yang dialami masing-masing negara.


Singapura SINGAPURA
Jumlah Penonton Berkurang, Kinerja Wasit, Pelayanan Nasional/Wajib Militer, Lions XII Versus S-League
Singapura



Thailand THAILAND
Jadwal Berantakan, Kebugaran Pemain, Manajemen Amburadul & Sikap Buruk
Thailand



Malaysia MALAYSIA
Kurang Laga Internasional Yang Kompetitif, Kritikan Publik, Sistem Liga Malaysia
Malaysia



Indonesia INDONESIA
Dualisme Kompetisi, Dualisme Organisasi, Dualisme Tim Nasional
Indonesia
GOAL.com Indonesia   OLEH
DONNY AFRONI
 

https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-ash2/372897_131353430292780_619288642_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/188096_134547703323278_1162554518_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/372896_322832097804252_1451457464_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-ash2/188076_323826454312372_464368268_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/157988_245544635468600_1221856100_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/157972_225236267569573_1370082627_n.jpg

Baguru On Facebook

 
© Copyright 2010-2011 Baguru All Rights Reserved.
Template Design by Baguru | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.