Olahraga Indonesia Harus Direformasi


 

Eko Suprihatno                    
Dari London

Kegagalan Indonesia mempertahankan merebut medali di cabang bulu tangkis Olimpiade membuat keprihatinan banyak pihak. Perlu ada regenerasi, darah baru, dan metode baru untuk mempersiapkan atlet nasional ke Olimpiade.
Hal itu diungkapkan Menpora Andi Mallarangeng di London, Inggris, kemarin. Sejak bulu tangkis dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992, baru kali ini Indonesia tidak mampu membawa pulang satu pun medali.
Ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang menjadi harapan terakhir Indonesia, kandas dalam perebut­an medali perunggu. Saat menghadapi ganda Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen, ganda campuran terbaik Indonesia itu menyerah 12-21, 12-21.
“Ini harus segera diperbaiki. Apalagi harus segera bersiap menghadapi Olimpiade 2016. Jadi tidak ada waktu santai selepas London. Perlu ada regenerasi, darah baru, metode-metode baru untuk mempersiapkan atlet kita untuk dikirim ke Olimpiade,” tegas Andi.
Lebih jauh, Andi mengatakan yang terpenting kita tidak lagi terpaku pada satu atau dua cabang olahraga saja.
“Kita tidak boleh lagi terpaku dengan bulu tangkis saja sebagai cabang penyumbang medali emas. Itu memberi beban berlebih kepada cabang ini. Kondisi ini jelas tidak sehat untuk kehidupan olahraga kita,” imbuhnya.
Menurut Andi, setidaknya ada lima cabang yang bisa diproyeksikan, misalnya angkat besi dan panahan.
“Ini agar beban terbagi merata dan tidak saling mengandalkan. Bukan cuma bulu tangkis yang jadi andalan. Kalau cuma bulu tangkis, itu tidak menandakan prestasi kita di Olimpiade secara keseluruhan,” katanya.
Manajemen yang buruk
Kendati meraih satu perak dan satu perunggu, prestasi Indonesia di Olimpiade London 2012 dinilai gagal. Terpuruknya prestasi Indonesia ini dinilai akibat buruknya manajemen olahraga Indonesia.
“Ini akibat buruknya kapabilitas dan kompetensi para pembina dan pengurus olahraga Indonesia,” kata pengamat olahraga Fritz Simanjuntak saat dihubungi Media Indonesia.
Menurut Fritz, kebobrokan manajemen itu terlihat mulai dari persiapan kontingen menjelang tampil di Olimpiade London. Ia menyebut, misalnya, soal uang saku atlet.
“Masa uang saku atlet tiga bulan tidak dibayar? Itu melanggar hak asasi manusia. Belum lagi peralatan yang terlambat,” imbuh pria yang juga berprofesi sebagai sosiolog itu.
Lebih lanjut, kata Fritz, ­olahraga di Indonesia sudah tertinggal jauh dari negara lain. Pemanfaatan teknologi ­olahraga di Tanah Air juga dinilai masih buruk. “Mau bikin pelatnas seperti Hambalang, malah dikorupsi,” tegasnya.
Menurut Fritz, solusi masalah dunia olahraga di Indonesia ialah keberanian pemerintah untuk melakukan transformasi total di bidang ­olahraga. Selain itu, diperlukan pemimpin yang profesional dan berpengalam­an.
“Butuh pemimpin yang pandai manajemen dan bisa cari duit. Jangan tergantung terus dari pemerintah. Harus mampu bikin sistem. Tidak perlu lagi itu mantan pejabat terus jadi pemimpin cabang o­lahraga. Pengusaha juga bisa,” tandasnya. (*/R-2)

suprihatno
@mediaindonesia.com


Artikel Terkait:

12 komentar:

https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-ash2/372897_131353430292780_619288642_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/188096_134547703323278_1162554518_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/372896_322832097804252_1451457464_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-ash2/188076_323826454312372_464368268_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/157988_245544635468600_1221856100_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/157972_225236267569573_1370082627_n.jpg

Baguru On Facebook

 
© Copyright 2010-2011 Baguru All Rights Reserved.
Template Design by Baguru | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.