Babak Akhir KPSI

1344234472449742305
PSSI & KPSI Masih kisruh, La Nyalla Akan Bentuk Timnas Indonesia AFF Cup 2012
Kisruh antara PSSI dan KPSI masih terus memanas, bahkan akan memasuki babak baru. Petinggi KPSI, La Nyalla Mattalitti, menyatakan bahwa pihaknya akan membentuk Timnas Indonesia tandingan yang disiapkan untuk berlaga di AFF Cup 2012.
“Saya telah memerintahkan kepada Sekretaris Jenderal PSSI Joko Driyono untuk membentuk timnas dalam rangka menghadapi Piala AFF 2012,” tandas La Nyalla Mattaliti di Jakarta Minggu (5/8/2012) petang.
Wacana untuk membentuk timnas tandingan kembali mengemuka setelah beberapa pemain ISL bergabung dengan skuad Merah-Putih bentukan PSSI pimpinan Djohar Arifin Husin yang dibesut oleh Nil Maizar.
Di lain pihak, KPSI menginginkan agar pembentukan timnas harus dilakukan melalui persetujuan Komite Gabungan atau Joint Committee (JC), dan bukan lagi menjadi wewenang Djohar Arifin Husin dan PSSI yang dipimpinnya.
“Saya berkeinginan yang berhak membentuk timnas itu Joint Committee, bukan PSSI versi Djohar Arifin. Kalau membentuk timnas sendiri, itu namanya bukan timnas!” tukas La Nyalla Mattalitti.
La Nyalla Mattalitti menambahkan, dirinya memperbolehkan pemain ISL membela Timnas Indonesia, namun atas persetujuan Komite Gabungan, bukan timnas bentukan PSSI pimpinan Djohar Arifin Husin.
“Saya tidak mengizinkan apapun yang dilakukan oleh Djohar (Arifin Husin), pemain ISL boleh ikut timnas yang dibentuk oleh JC, kalau di luar JC tidak!” pungkasnya.
http://sidomi.com/117918/pssi-kpsi-masih-kisruh-la-nyalla-akan-bentuk-timnas-indonesia-untuk-aff-cup-2012/
=============================
.
Benar benar situasinya sudah sangat kritis bagi KPSI, menghadapi Joint Committee yang tidak pernah jalan mengikuti skenario yang sudah disiapkan KPSI, Djoko Driyono yang selalu jadi ujung tombak maju perang menghadapi peperangan yang mereka ciptakan sendiri.
Djoko Driyono jadi serba salah, menempati posisi di garda depan dalam menegosiasi perundingan dengan menggunakan cara dan komunikasi serta diplomasi yang secanggih apapun akan menemui jalan buntu yang di ciptakan Para Tuan KPSI yang menggerecokinya.
Tinggal Joko Driyono yang masih diandalkan sebagai ujung tombak di ujung peperangan yang seharusnya mengedepankan dialogue menjadi berantakan, karena ketidak sabaran sementara kelompoknya yang ada di belakang.
Apalagi di tengerai Djamal Aziz, yang melarikan diri dari JC, dengan alasan yang mengada ada, memberati kerja di DPR yang tentu nilai bobot politiknya, jauh di bawah kedudukannya dia sebagai Wakil ketua Joint Committee, dimana PSSI merupakan organisasi yang sangat besar yang menyangkut berjuta juta pemerhati dan penggemar sepakbola di tanah air.
Apakah Djamal Aziz tak tahu bahwa demikian besarnya PSSI dan pengaruhnya, yang  menjadi ajang perebutan bagi kekuatan politik di tanah air. Tentu Djamal Aziz tahu itu, maka sungguh aneh dan tak masuk akal, dirinya mengabaikan Joint Committee yang nota bene merupakan posisi yang strategis dalam merebut posisi dalam konstelasi politik nasional masa depan.
Maka jawaban satu satunya, menurut Djamal Aziz,  justru karena sudah tak ada lagi peluang untuk memperoleh kesempatan disana, penciuman opportunistnya tidak membaui aroma keberhasilan.
Djoko Driyono sejak awal ada bersama ISL dan Klub2 yang konsennya adalah memperoleh kesempatan untuk tetap menjadi bahagian dari pengelolaan Klub dan kompetisi liga. Djoko tak pernah mepertaruhkan dirinya ada didalam kepengurusan PSSI, dirinya tak merasa ada aroma bisnis di PSSI, apalagi merecoki kerja PSSI sebagai lembaga legal formal yang menaungi kegiatan sepakbola di Indonesia.
Pemahaman Djoko tersebut dapat kita tengerai dengan kesediaannya bertemu dan bekerjasama dengan PSSI dan diplomasi yang dia lakukan telah menghasilkan perjanjian penyelesaian kekisruhan dengan mebuahkan MOU Kuala lumpur.
MOU Kualalumpur adalah lembaga formal yang sedemikian sehingga, bisa menjadi pintu KPSI bertemu dan berdialogue dengan PSSI sekaligus dengan FIFA/AFC secara langsung.
MOU kuala Lumpur inilah yang kemudian menjadi induk dari penyelesaian 5 isu masalah yang harus di selesaikan, Djoko Driyono sukses memasukkan isu dalam agenda penyelesaian yang di hadapi oleh KPSI, beberapa item merupakan masalah2 KPSI, tentang materi penyelesaiannya tentu bukan Djoko lagi yang harus menyelesaikannya, Djoko hanya akan menyelesaikan masalah yang menyangkut tentang Kompetisi Liga ISL dan PT LI serta Klub2 yang harus semaksimal mungkin dia pertahankan, agar tetap ikut dan resmi dalam jalur PSSI/AFC/FIFA.
Tentu Djoko Driyono hanya konsen kepada tanggung jawabnya menjadikan ISL dan Klub tetap ada dalam jalur bisnis yang menguntungkan, tetap solid dan berjalan bersaing merebut kue pembangunan sepakbola Indonesia. Diluar bisnis, tentu bukan konsen djoko driyono untuk memperjuangkannya, KPSI harus menyelesaikannya melalui Djamal Aziz yang di tunjuk oleh KPSI untuk mewakili diri mereka.
Tentu dalam setiap perundingan, ada yang berhasil dan tentu ada juga yang harus di ikhlaskan, dari 5 perkara itu, sudah wajar kalau memperoleh hasil kesepakatan yang optimal, tidak bisa memperoleh hasil maksimal dan sesuai dengan target kubunya. Mesti harus ada yang terkorbankan, Jer basuki mowo beyo, keberhasilan mesti ada pengorbanannya, dan Djoko Driyono tahu itu dan merupakan kerangka win win solution dalam perundingan
TimNas merupakan pengejawantahan kehendak rakyat yang sekarang sudah berjalan dan menemui titik cerah rekonsiliasi antara pemain dan masyarakat, telah menemukan kata sepakat semua pihak untuk tetap mengedepankan kepentingan TimNas sebagai perwujudan kepentingan Bangsa dan Negara, sesuai dengan yang di kemukakan oleh BePe dan Ponaryo astaman, sebagai wakil dari tekad dan kehendak seluruh pemain profesional di bawah APPI, untuk melaksanakan hak dan kewajibannya memenuhi panggilan menjadi anggota TimNas.
Pemain dan APPI adalah bahagian yang tak terpisahkan dengan PSSI/AFC/FIFA, karena keterikatan profesionalitasnya sebagai pemain di dunia sepakbola international, perlu juga di pahami bahwa APPI berafiliasi kepada FIFPro, yang merupakan organisasi international Pemain sepakbola profesional di Dunia. Keberadaan pemain2 Profesional dibawah APPI merupakan anggota masif dari FIF Pro.
Berlawanan dengan Pemain Profesional dibawah APPI, akan berakibat bertentangan dengan FIFPro, yang merupakan organisasi resmi berafiliasi kepada FIFA/AFC/PSSI. Legalitas dan formalitas Federasi adalah mutlak dan merupakan ketentuan yang harus dilakukan oleh mereka. Kepihakan mereka bukan kepada kelompok atau golongan, kepihakan mereka kepada ikatan profesional dan organisasinya .
Pemahaman KPSI yang merasa telah menguasai pemain melalui Klub dan kontraknya adalah sangat lemah dan kontroversi. Merasa menguasai pemain profesional adalah angan2 yang tak ada kenyataannya, hanyalah mimpi dialam fatamorgana. Ikatan Pemain kepada Klub merupakan ikatan profesionalitas bukan ikatan karyawan/buruh dengan perusahaan seperti yang diatur dalam uu tenaga kerja, tentu dengan rumusan UMR/UMP nya. pemahaman sederhana itu sangat naif dan menyesatkan.
Tekad APPI untuk mendukung dan bersedia menjadi TimNas menghadapi AFF, adalah keputusan yang mendasar dan berdasar hukum yang kuat, sebagai profesional yang mentaati posisinya sebgai pemain sepakbola profesional International. Apabila ada anggotanya yang tak mentaati, maka otomatis akan keluar dari APPI dan sekaligus keluar jalur peofesionalnya, menjadi pemain amatir kembali. Pemain membutuhkan agen, promotor, ijin, International Transfer Certificate dan banyak lagi ketentuan yang ada, sebagai komitmennya menjadi anggota FIF Pro.
KPSI sebagai lembaga yang sudah dinyatakan sebagai lembaga yang tak berwenang dalam pegelolaan sepakbola di Indonesia seperti yag telah dinyatakan dalam MOU Kualalumpur yang juga sudah mereka tanda tangani, merupakan status legal yang tak terbantahkan, mau dibawa kemanapun KPSI sudah tak mempunyai kekuatan hukum apapun di kancah sepakbola di Indonesia.
Maka tak ada kata lain hanya akan menjadi bulan bulanan legalitas dan formalitas yang berjalan tanpa wajah dan wujud yang nyata. Tak ada dan tak terlihat tetapi terasa dan keras di tembusnya. Begitulah karakter legal formal. sesuatu yang sangat kuat dan masif tak tertembus tetapi tak terlihat dimana wajah dan tangannya bekerja.
Semakin melawan keadaan yang ada, akan semakin menyakitkan dan membawa diri kejurang kenistaan.
.
Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !
.
Jakarta 6 Agustus 2012
.


Artikel Terkait:

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-ash2/372897_131353430292780_619288642_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/188096_134547703323278_1162554518_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/372896_322832097804252_1451457464_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-ash2/188076_323826454312372_464368268_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/157988_245544635468600_1221856100_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/157972_225236267569573_1370082627_n.jpg

Baguru On Facebook

 
© Copyright 2010-2011 Baguru All Rights Reserved.
Template Design by Baguru | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.