Menangis Prestasi Olahraga Indonesia

Tradisi emas Olimpiade Indonesia yang sudah dimulai sejak  tahun 1992 harus terhenti di ajang Olimpiade London. Bulutangkis yang selama ini menjadi tumpuan meraih medali emas tidak menempatkan satu wakilpun di babak final. Terhentinya tradisi emas di cabang bulutangkis masih ditambah perilaku tidak etis dan mencederai sportifitas yang ditunjukkan para atlitnya.   Gambaran tersebut bisa dibaca pada VOA Indonesia berjudul  : 8 Atlet Badminton, Termasuk Ganda Puteri Indonesia, Didiskualifikasi dari Olimpiade.
Ganda putri Indonesia Greysia Polii dan Meliana Jauhari harus angkat koper setelah main sabun dengan ganda Korea  Selatan. Selain ganda Indonesia 6 pemain lainnya adalah ganda Korea Selatan Ha Jung-eun/Kim Min-jung dan Kim Ha-na/Jung Kyung-eun dan ganda China u Yang/Wang Xiaoli. Federasi Badminton Dunia (BWF) memutuskan bahwa kedelapan atlet badminton, yang merupakan pemain ganda puteri dari Tiongkok, Korea Selatan dan Indonesia melanggar tata tertib untuk “tidak menggunakan salah satu upaya terbaik seseorang guna memenangkan pertandingan” dan “berperilaku dalam cara yang jelas-jelas merugikan pertandingan olahraga itu”.
Foto : wasit memberikan kartu hitam kepada pemain, sumber gambar disini
Perilaku para atlit ini tentu tidak dibenarkan karena sportivitas adalah nafas dari olahraga. Prestasi harus diraih dengan cara-cara yang sportif bukan menghalalkan segala cara. Demi menghindari lawan kuat di babak selanjutnya pemain Indonesia dan Korea Selatan seolah tidak mau menang. Demikian halnya ganda Cina yang mengalah agar tidak bertemu dengan ganda Cina lainnya. Dalam tayangan televisi nampak bagaimana permainan yang mereka suguhkan begitu membosankan. Para penonton meneriaki mereka dan menganggap panggung opera sabun sedang dipertontonkan alih-alih sebuah pertandingan olahraga di arena olimpiade.
Sejarah emas Indonesia
Prestasi di ajang Olimpiade adalah tolak ukur prestasi olahraga di level Internasional. Atlit-atlit terbaik dari seluruh penjuru dunia bersaing untuk menjadi yang terbaik di ajang empat tahunan ini. Olimpiade London tahun 2012 merupakan penyelenggaraan ke 3 sepanjang sejarah kota ini. Sebelumnya London pernah menggelar olimpiade pada tahun 1908 dan 1948. Indonesia memulai partisipasi di ajang olimpiade semenjak tahun 1952. Prestasi terbaik Indonesia sejauh ini adalah meraih 6 medali emas yang semuanya dihasilkan dari cabang bulutangkis.
Sejarah emas Indonesia di cabang bulutangkis  dimulai dari duet emas Alan Budikusuma dan Susi Susanti. Pada olimpiade 1992 yang digelar di Barcelona, Spanyol mereka menyumbangkan emas dari tunggal putra dan putri. Empat tahun berselang, giliran ganda putra Ricky Subagja/Rexi Mainaki yang mengukir prestasi di Olimpiade Athena 1996. Ricky/Rexi tampil digjaya dan membawa pulang emas ke tanah air. Tradisi emas kembali berlanjut di Olimpiade 2000 yang digelar di Sydney, Australia. Ganda putra Tony Gunawan/Chandra Wijaya memastikan emas untuk Indonesia kembali diraih.  Taufik Hidayat meraih emas Pada Olimpiade 2004 yang digelar Athena, Yunani. Emas terakhir di peroleh pada Olimpiade Beijing 2008, lewat ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan. Kala itu Kido/Hendra sukses membuyarkan impian ganda tuan rumah, Fu Haifeng/Cai Yun, untuk merebut emas di depan publik sendiri
Foto pasangan emas Alan dan Susi, sumber gambar disini
Foto Ricky/Rexy ketika meraih emas, sumber gambar disini
Candra Wijaya/Tony Gunawan meraih emas di Sydney, sumber gambar disini
Taufik Hidayat mempersembahkan emas di Athena, sumber gambar disini
Foto Markis Kido/Hendra Setiawan di Beijing 2008. sumber gambar disini
Carut Marut Pembinaan Olahraga di Indonesia
Kegagalan meraih emas di ajang Olimpiade menunjukkan carut marutnya pembinaan olahraga di Indonesia. Memiliki penduduk yang mencapai 200 juta lebih tentunya bukan hal sulit untuk menemukan bakat atlit di berbagai cabang olahraga. Regenerasi atlit Indonesia di berbagai cabang seolah mandek sehingga atlit senior yang sudah tidak berprestasi masih tetap di andalkan.  Di cabang bulutangkis misalnya setelah era Susi Susanti Indonesia tidak memiliki tunggal putri yang mampu meraih prestasi terbaik di kancah Internasional. Taufik Hidayat menjadi tunggal putra terakhir yang mampu mengangkat prestasi Indonesia. Hingga hari ini Indonesia masih menunggu penerusnya di nomor tunggal putra.
Di cabang olahraga lain seperti sepakbola pembinaan usia dini juga tidak berjalan baik. Konflik internal PSSI sebagai induk sepakbola di Indonesia lebih mengemuka daripada prestasi yang bisa ditunjukkan oleh tim nasional. Tawuran dan kerusuhan suporter menghiasi pemberitaan media massa. Elit organisasi lebih suka berkonflik untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya daripada berfikir untuk prestasi bangsa.
Pembinaan usia dini adalah investasi bagi prestasi olahraga di masa depan. Tanpa perencanaan matang dan berorientasi prestasi maka pembinaan tidak akan berbuah prestasi. Bercermin dari negara-negara lain yang sukses di bidang olahraga, pembinaan usia dini adalah investasi yang dikelola dengan profesional. Indonesia semestinya mencontoh pola pembinaan tersebut sehingga prestasi olahraga bukan sekedar impian.
Secercah Senyum dari Angkat Besi
Prestasi lifter Triyatno dan Eko Yuli Irawan menyumbangkan medali perak dan perunggu di cabang angkat besi mencoba pengobat kegagalan meraih emas. Cabang angkat besi memberikan secercah harapan untuk mengangkat prestasi olahraga Indonesia di kancah internasional. Keberhasilan mereka sekaligus membuktikan bahwa sesungguhnya atlit-atlit Indonesia bisa bersaing di kancah internasional. Bakat yang dimiliki oleh bangsa ini juga melimpah. Persoalannya terletak pada keseriusan pihak-pihak pemangku kepentingan dalam menjalankan pembinaan usia dini.
Triyatno Meraih Perak, sumber gambar disini
Berkaca dari pembinaan olahraga yang berjalan selama ini muncul sebuah pesimisme terhadap pola dan model rekrutmen atlit. Bibit-bibit atlet terbaik terkadang tidak bisa mengasah dan menunjukkan bakatnya karena mereka tidak memiliki kesempatan untuk bergabung dengan sekolah olahraga. Sebagai contoh, menjamurnya sekolah sepakbola (SSB) tidak berbanding lurus dengan lahirnya bakat-bakat terbaik di bidang ini. Untuk bisa bergabung dengan SSB mereka harus mengeluarkan sejumlah uang yang terkadang tidak dimiliki oleh keluarga tidak mampu. Jadilah bakat yang semestinya bisa dikembangkan harus terus terpendam tanpa sempat muncul dipermukaan.
Perlu dipikirkan model pembinaan usia dini yang bisa memberi kesempatan kepada segenap masyarakat guna mengembangkan bakat yang dimiliki. Pemerintah, induk olahraga dan sekolah harus bersinergi secara aktif untuk memantau bibit-bibit terbaik dari seluruh penjuru tanah air. Berilah kesempatan kepada mereka untuk menujukkan prestasi. Terakhir jauhkanlah olahraga dari campur tangan kepentingan politik sehingga olahraga bisa menjaga sportifitas dan prestasi. Terkadang olahraga di Indonesia justru lebih kuat muatan kepentingan politiknya daripada aspek pembinaan dan prestasi. Olahraga digunakan untuk membangun citra demi pencalonan dalam berbagai jabatan. Pembinaan olahraga semenjak usia dini hakekatnya adalah investasi jangka panjang yang membutuhkan usaha dan perhatian secara maksimal. Sudah bukan waktunya lagi pembinaan dilakukan dengan asal-asalan

Sumber


Artikel Terkait:

1 komentar:

  1. salam hangat dari kami ijin menyimak dari kami pengrajin jaket kulit

    BalasHapus

https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-ash2/372897_131353430292780_619288642_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/188096_134547703323278_1162554518_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/372896_322832097804252_1451457464_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-ash2/188076_323826454312372_464368268_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/157988_245544635468600_1221856100_n.jpg https://fbcdn-profile-a.akamaihd.net/hprofile-ak-snc4/157972_225236267569573_1370082627_n.jpg

Baguru On Facebook

 
© Copyright 2010-2011 Baguru All Rights Reserved.
Template Design by Baguru | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.