Persaingan bisnis mengorbankan kondisi lingkungan.
Karlina Octaviany, Ayatullah Humaeni (Bogor)
(sefora.org)
Simposium ini
diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang
bertempat IPB Conventional Center (ICC) Bogor, Jawa Barat. Negara-negara
yang bergabung dalam acara ini adalah Indonesia, Laos, Malaysia,
Jepang, Srilangka, Myanmar, Kamboja, Thailand, Philipina, Amerika
Serikat, Vietnam, dan China. Acara ini digelar bekerjasama dengan
Science Council of Asia (SCA).
Simposium internasional
ini mengangkat tema "Mobilizing Science Towards Green Economy." Membahas
mengenai ilmu dan teknologi dalam mewujudkan ekonomi yang ramah
lingkungan. Acara ini mengundang pembicara Emil Salim dan dibuka oleh
Deputi Bidang Ristek Kementerian Riset dan Teknologi, Benyamin Lagitan.
Dalam pertemuan tersebut,
dipaparkan tentang faktor utama penyebab utama degradasi lingkungan.
Ternyata, faktor ini terkait dengan upaya mengejar pertumbuhan ekonomi.
Persaingan bisnis inilah yang berakibat kondisi lingkungan terabaikan.
Kepala LIPI, Lukman Hakim
mengatakan, permasalahan tersebut perlu mendapat perhatian penting bagi
negata Asia. Banyak negara di benua Asia saat ini menghadapi tantangan
yang kompleks dalam pelestarian dan perlindungan lingkungan.
"Sementara pada saat yang sama, negara-negara itu harus menjaga pertumbuhan ekonominya," katanya.
Menurut Lukman, ilmu
pengetahuan bisa memainkan peran penting dalam menemukan solusi terbaik
dengan membentuk koalisi bersama mewujudkan green economy (ekonomi ramah
lingkungan).