Masih segar dalam ingatan kita tatkala tragedi 9/11 mengguncang Amerika. Sebuah pesawat menabrak, gedung WTC terbakar, lalu runtuh secara vertikal, ribuan orang berteriak histeris, pasukan keamanan melakukan penyisiran. Semuanya berlangsung singkat bagaikan menonton sebuah pertunjukan film Hollywood. Tragedi itu mengundang kesedihan yang mendalam bagi rakyat Amerika.
Setiap orang yang mempunyai perasaan sensitif terhadap rasa kemanusiaan mengutuk keras aksi terorisme yang konon menelan ribuan jiwa itu. Berbagai kecaman dan tuduhan pun langsung diarahkan pada kaum ‘Islam Fundamentalis’ Dengan serta merta, seluruh media Barat menyebut tragedi itu, sebagai aksi ‘terorisme Islam’.
Selanjutnya perhatian dunia pun beralih ke negeri Paman Sam, setelah sebelumnya mata dunia menyoroti parade kekejaman Zionis Israel di Palestina.
Upaya Zionis Israel untuk keluar dari tekanan dunia internasional akibat ulahnya membunuhi ribuan rakyat sipil Palestina nampaknya berhasil, meskipun harus dilakukan dengan mengorbankan rakyat Amerika. Setelah negara-negara di dunia mengecam tindakan sadis Zionis Israel kepada penduduk Palestina, maka mereka mengalihkan kecaman negara-negara tadi kepada rival-rivalnya. Segala upaya dilakukan Zionis Israel meski harus membuat skenario tragedi bagi bangsa Amerika.
Dan memang skenario jitu kaum Zionis berhasil, drama berjudul “WTC 9/11” itu berbuah manis. Stempel ‘terrorisme Islam’ yang berhasil diperoleh dari lakon tersebut semakin memudahkan mereka menebar petaka hebat di seluruh dunia. Dengan dalih memerangi ‘terrorisme Islam’, Zionis Israel memperluas aksi-aksi terorisme dan menghantam rival-rival mereka. Target berikutnya adalah negara penakluk Super Power Russia, yaitu Afganistan. Sebuah negeri miskin yang 95% penduduknya adalah buta huruf, konon adalah markas dedengkot terorris Osama bin Laden. Akan tetapi, pemeran utama atas lakon di Afgan adalah Paman Sam, negeri yang nota bene merupakan ‘adik kandung’ Zionis Israel. Dan hanya dalam hitungan hari, Afghanistan pun porak-poranda.
Tak puas dengan serangan ke Afghanistan, mereka berpaling ke Irak. Tuduhan awal dimulai dengan pernyataan bahwa Irak menyimpan dan memproduksi senjata pemusnah massal. Opini dibentuk, kekuatan sekutu dikonsolidasikan. Baghdad nyaris rata. Bangunan-bangunan penuh sejarah peninggalan peradaban Islam ‘disikat’ habis. Sementara AS dan sekutunya menggempur Irak, Zionis Israel terus melancarkan agresi militernya terhadap rakyat sipil Palestina. Dan seperti biasa, PBB menjadi penonton yang baik.
Pembantaian masal dengan mengerahkan kekuatan militer yang dilakoni kaum Zionis atas dunia Internasional semakin meluas. Peran utama pun dikembalikan kepada pemeran utama sesungguhnya yaitu Zionis Israel dan targetnya adalah negara tetangganya sendiri, yaitu sebuah negara miskin bernama Lebanon. Dan memang, Zionis Israel selalu saja mencari-cari alasan untuk menyerang Lebanon, karena ini bukan yang pertama kali. Mereka sudah merencanakannya selama 1,5 tahun lalu untuk mencari alasan dan waktu yang lebih tepat dalam melancarkan serangan.
Dengan dalih menyelamatkan dua tentaranya, aksi terrorisme Zionis berlanjut. Kekekuatan militer yang luar biasa diarahkan berbagai target sasaran, serangan brutal dilancarkan, korban pun berjatuhan. Agresi militer besar-besaran membombardir pusat-pusat kota yang diklaim menjadi markas militan Hezbollah, tentunya dengan dukungan all-out dari Amerika Serikat.
Pengeboman siang dan malam terus berlangsung begitu sadis, tanpa pernah memperpedulikan korbannya, rakyat sipil, jurnalis atau tenaga kerja asal luar negeri sekalipun.
Apa yang dilakukan oleh Zionis Israel lewat aksi-aksi terorismenya atas dunia internasional sungguh perbuatan paling biadab dan merupakan kebiadaban paling keji sepanjang sejarah manusia. Korban dari rakyat sipil berjatuhan setiap harinya, mereka dibantai secara keji, diluar batas-batas kemanusiaan. Sungguh sangat disayangkan, masyarakat dunia sampai sekarang masih menonton saja.
Seruan Jihad
Sesungguhnya hakikat permusuhan dan peperangan kita terhadap Zionis Israel bukan karena mereka bangsa Semit. Permusuhan itu bukan pula karena agama “Yahudi” mereka (Israel). Karena agama Yahudi adalah termasuk agama samawi yang telah dibawa oleh Rasul Allah Musa Alaihissalaam. Pada hakikatnya motif pertikaian dan permusuhan kita dengan Zionis Israel, yaitu karena mereka (Israel) telah mengobarkan api peperangan di mana-mana, merampas tanah warga Palestina, merampas kehormatannya dan membantai penduduk tak berdosa secara keji, dan biadab.Jihad terhadap Zionisme dan terorisme akan terus dikobarkan selagi masih ada sebab-sebab tersebut, perdamaian akan selalu ditolak mentah-mentah, karena upaya itu berarti pengakuan terhadap eksistensi negara Israel di tanah Palestina. Haram hukumnya bagi seorang Muslim melepaskan tanah Islamnya walau hanya sejengkal. Adalah omong kosong bahwa proklamasi berdirinya sebuah negara Israel atas dasar “hak alamiah” atau “hak historis” mereka. Karena menurut sejarah, bangsa Yahudi bukanlah penduduk pertama Palestina, pun mereka tidak memerintah di sana selama masa pemerintahan bangsa-bangsa lain. Para Arkeolog modern telah sepakat bahwa bangsa Mesir dan bangsa Kana’an telah mendiami Palestina sejak masa-masa paling kuno yang dapat dicatat, sekitar 3000 SM hingga sekitar 1700 SM. Juga merupakan omong kosong bahwa “sertifikat kelahiran” Internasional Israel disahkan oleh janji dalam Al-Kitab. Karena klaim-klaim semacam itu memang sangat lazim ditemukan di masa kuno, sebagaimana bangsa-bangsa Sumeria, Mesir, Yunani dan Romawai, menyitir wahyu-wahyu Ilahi untuk penaklukan-penaklukan mereka.
Oleh karena itu usaha-usaha Zionis Israel dalam menteror negeri-negeri Islam, me-Yahudi-kan Al-Quds, menebar petaka di mana-mana, menghancurkan kedamaiannya, haruslah dilawan! Peperangan yang dilakoni oleh kaum Muslimin terhadap Zionis itu adalah demi kebenaran, menegakkan keadilan, dan melenyapkan kezhaliman. Membebaskan tanah Palestina, negeri-negeri Islam dari cengkraman Zionis Israel dan menyelamatkan warganya dari kehancuran, adalah termasuk perang fisabilillah, sebagaimana firman-Nya : “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir perperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (QS. An-Nisa :76)
Memang sebagai Muslim kita harus menyerukan perdamaian, bukan menyulut peperangan. Akan tetapi mengarungi peperangan untuk membela diri, lingkungan, masyarakat dan tanah suci, maka ini adalah perang di jalan Allah. Apabila kita mengakhiri permusuhan ini tanpa peperangan, sebagaimana dalam peristiwa perang Khandaq, maka Al-Qur’an mengomentarinya dalam Surat Al-Ahzaab ayat 25. “Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun.Dan Allah menghindarkan orang-orang mu’min dari peperangan.Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Ahzaab :25)
Kemudian Al-Qur’an juga mengatakan pentingnya perdamaian dan berlindung dari perangan : “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan ertawwakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfaal :61)
Akan tetapi Zionis Israel tidak ada keinginan sedikit pun untuk berdamai, karena berdamai berlawanan dengan tabiat dan keinginan mereka. Hal ini telah mereka buktikan sendiri kepada dunia Internasional tatkala membombardir bukit Qana, akhir Juli lalu, membunuh sedikitnya 60 orang termasuk di dalamnya wanita dan anak-anak.
Apa yang dilakukan Zionis Israel terhadap warga Palestina dan Lebanon hingga saat ini, adalah suatu kejahatan yang sangat keji yang sangat bertentangan degan alasan apa pun. Tragedi pembantaian, pengusiran, dan penghancuran terhadap warga Palestina dan Lebanon di tanah kelahiran mereka dalam dua minggu terakhir ini adalah merupakan bukti bahwa Zionis Israel tidak menginginkan perdamaian. Dan kita sebagai umat Islam kita berkewajiban untuk menyelamatkan saudara-saudara kita dari ancaman terorrisme Zionis Israel, karenanya tindakan-tindakan kongkrit berikut ini dapat kita lakukan sebagai jihad fisabilillah:
- Menyerukan kepada seluruh umat dan negeri-negeri Islam agar bersatu melawan Zionis Israel. Jihad dapat dilakukan cara mengirimkan pasukan, menggalang dana dan mengirimkan bantuan serta do’a kepada saudara-saudara Muslim kita di sana.
- Mendukung pemerintah Indonesia agar lebih aktif dalam menyesaikan konflik di Timur Tengah dan menyerukan kepada pemerintah agar Indonesia segera keluar dari keanggotaan PBB. Karena PBB telah terbukti mandul dan tidak bisa berbuat apa-apa dalam mewujudkan perdamaian di sana. Dukungan terhadap pemerintah ini dapat dilakukan dengan melakukan aksi demonstrasi dan penggalangan opini di media massa.
- Mendukung upaya pemerintah dalam rangka menjalin dan mempererat kerjasama bidang Ekonomi dengan Malaysia, serta berjuang keras untuk segera bangkit dari ketepurukan ekonomi dalam negeri dan melepaskan diri dari susuan Amerika, dengan membangun perekonomian rumah tangga dan masyarakat.
- Memboikot semua produk Israel-Amerika, dengan menahan diri untuk tidak membeli semua produk mereka. Ini harus dilakukan secara massal oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia, sebagai wujud dukungan kongkrit yang bisa dilakukan oleh masing-masing individu Muslim.
Wallahua’lam
Sumber